ISLAM SELEPAS KEWAFATAN NABI (SAW)
10 SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SYURGA
10 SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SYURGA
OLEH NABI MUHAMMAD S.A.W
Abu Bakar AsSiddiq
Nama sebenarnya Abdullah bin Abi Quhafah. Abu Bakar adalah dari keturunan Arab Quraisy dari kabilah yang sama dengan Rasulullah. Bila Abu Bakar berasal dari keluarga Tamimi, maka Rasulullah berasal dari keluarga Hasyimi. Keutamaan Abu Bakar adalah beliau seorang pedagang yang selalu menjaga kehormatan diri. Ia seorang yang kaya, pengaruhnya besar serta memiliki akhlaq yang mulia. Sebelum datangnya Islam, beliau adalah sahabat Rasulullah yang memiliki karakter yang mirip dengan Rasulullah. Belum pernah ada orang yang menyaksikan Abu Bakar minum arak atau pun menyembah berhala. Dia tidak pernah berdusta (sebab itu Rasulullah memberinya gelaran 'asSiddiq). Begitu banyak kemiripan antara beliau dengan Rasulullah sehingga tak heran kemudian beliau menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah wafat. Rasulullah selalu mengutamakan Abu Bakar berbanding para sahabatnya yang lain sehingga tampak menojol di tengah tengah orang lain.
“Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh ummat nescaya akan lebih berat keimanan Abu Bakar. ”(HR. Al Baihaqi)
Al Qur’an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya seperti yang dikatakan dalam firmanNya, di dalam Surah Al Lail: 5-7, 17-21, Surah Fushilat: 30, dan Surah At Taubah: 40. Dalam masa yang singkat sebagai Khalifah, Abu Bakar telah banyak memperbarui kehidupan kaum muslimin, memerangi nabi palsu, dan kaum muslimin yang tidak mau membayar zakat. Pada masa pemerintahannya pulalah penulisan AlQur’an dalam lembaran-lembaran dimulai.
Umar Ibnu al Khattab
Umar berasal dari kabilah yang sama dengan Rasulullah SAW dari datuknya Ka’ab bin Luai. Umar masuk Islam setelah bertemu dengan adiknya Fatimah daan suami adiknya Said bin Zaid pada tahun keenam kenabian dan sebelum Umar telah ada 39 orang lelaki dan 26 wanita yang masuk Islam. Di kaumnya Umar dikenal sebagai seorang yang berani, tegas dan berwatakan kasar, gagah dan pandaibermain senjata, bijak berdiskusi dan berdialog, dan bijak memecahkan permasalahan masyarakat. Setelah Umar masuk Islam, da’wah kemudian dilakukan secara terang-terangan, begitupun di saat hijrah, Umar adalah segelintir orang yang berhijrah dengan terang-terangan. Ia sengaja berangkat pada siang hari dan melewati gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka, Umar berkata, ”Aku akan meninggalkan Mekah dan menuju Madinah. Siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silakan menghadang aku di belakang lembah ini!” Mendengar perkataan Umar tak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegah Umar. Banyak pendapat Umar yang dibenarkan oleh Allah dengan menurunkan firmanNya seperti saat peristiwa kematian Abdullah bin Ubay (QS 9:84), ataupun saat penentuan perlakuan terhadap tawanan saat perang Badar, pendapat Umar dibenarkan Allah dengan turunnya ayat 67 surat Al Anfal.
Sebagai khalifah, Umar adalah seorang yang sangat memperhatikan kesejahteraan ummatnya, sampai setiap malam ia berkeliling khawatir masih ada yang belum terpenuhi kebutuhannya, serta kekuasaan Islam pun semakin meluas keluar jazirah Arab.
Uthman ibnu al Affan
Sebuah Hadits yang menggambarkan keperibadian Utsman: “Orang yang paling kasih sayang diantara ummatku adalah Abu Bakar, dan paling teguh dalam menjaga ajaran Allah adalah Umar, dan yang paling bersifat pemalu adalah Utsman. (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al Hakim, At Tirmidzi) Uthman adalah seorang yang sangat dermawan, dalam sebuah persiapan pasukan pernah Uthman yang membiayainya seorang diri. Setelah kaum muslimin hijrah, saat kesulitan air, Uthmanlah yang membeli sumur dari seorang Yahudi untuk kepentingan kaum muslimin. Pada masa kepemimpinannya Uthman merintis penulisan Al Qur’an dalam bentuk mushaf, dari lembaran-lembaran yang mulai ditulis pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.
Ali ibnu Abi Thalib
Ali merupakan pemuda pertama yang masuk Islam, ia yang menggantikan posisi Rasulullah di tempat tidurnya saat beliau hijrah, Ali yang dinikahkan oleh Rasulullah dengan putri kesayangannya Fatimah, Ali yang sangat sederhana kehidupannya.
Thalhah ibnu Ubaidillah
Semasa Perang Uhud Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah serta jari tangannya putus. Namun Thalhah yang berperawakan kekar serta sangat kuat inilah yang melindungi Rasulullah disaat saat genting, beliau memapah Rasulullah yang tubuhnya telah berdarah menaiki bukit Uhud yang berada di ujung medan pertempuran saat kaum musyrikin pergi meninggalkan medan peperangan karena mengira Rasulullah telah wafat. Saat itu Thalhah berkata kepada Rasulullah, ”Aku tebus engkau ya Rasulullah dengan ayah dan ibuku.” Nabi tersenyum seraya berkata, ”Engkau adalah Thalhah kebajikan.” Sejak itu Beliau mendapat julukan Burung Elang hari Uhud. Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya, ”Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa yang senang melihat seorang yang syahid berjalan di muka bumi maka lihatlah Thalhah.”
AzZubair ibnu alAwwam
Beliau muslim pada usia lima belas tahun dan hjrah pada usia delapan belas tahun, dengan siksaan yang ia terima dari pamannya sendiri. Kepahlawanan AzZubair ibnu al Awwam pertama terlihat dalam Badar saat ia berhadapan dengan Ubaidah bin Said Ibnul Ash. Azzubair ibnul Awwam berhasil menombak kedua matanya sehingga akhirnya ia tersungkur tak bergerak lagi, hal ini membuat pasukan Quraisy ketakutan.
Rasulullah sangat mencintai Azzubair ibnul Awwam beliau pernah bersabda, ”Setiap nabi memiliki pengikut pendamping yang setia (hawari), dan hawariku adalah Azzubair ibnul Awwam.” Azzubair ibnul Awwam adalah suami Asma binti Abu Bakar yang mengantarkan makanan pada Rasul saat beliau hijrah bersama ayahnya.
Pada masa pemerintahan Umar, saat panglima perang menghadapi tentara Romawi di Mesir Amr bin Ash meminta bala bantuan pada Amirul Mu’minin, Umar mengirimkan empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat orang komandan, dan ia menulis surat yang isinya, ”Aku mengirim empat ribu prajurit bala bantuan yang dipimpin empat orang sahabat terkemuka dan masing-masing bernilai seribu orang. Tahukah anda siapa empat orang komandan itu? Mereka adalah Ubadah ibnu Assamit, Almiqdaad ibnul Aswad, Maslamah bin Mukhalid, dan Azzubair bin Awwam.” Demikianlah dengan izin Allah, pasukan kaum muslimin berhasil meraih kemenangan.
AbdurRahman ibnu Auf
AbdurRahman adalah seorang pedagang yang sukses, namun saat berhijrah ia meninggalkan semua harta yang telah ia usahakan sekian lama. Namun saat telah di Madinahpun beliau kembali menjadi seorang yang kaya raya, dan saat beliau meninggal, wasiat beliau adalah agar setiap peserta perang Badar yang masih hidup mendapat empat ratus dinar, sedang yang masih hidup saat itu sekitar seratus orang, termasuk Ali dan Utsman. Beliaupun berwasiat agar sebagian hartanya diberikan kepada ummahatul muslimin, sehingga Aisyah berdoa: “Semoga Allah memberi minum kepadanya air dari mata air Salsabil di surga.”
Saad ibnu Abi Waqqash
Saad adalah orang pertama yang terkena panah fisabilillah, seorang yang keislamannya sangat dikecam oleh ibunya, namun tetap tabah, dan kukuh pada keislamannya.
Said bin Zaid
Saad adalah adik ipar Umar, adalah orang yang dididik oleh seorang ayah yang beroleh bihayah Islam tanpa melalui kitab atau nabi mereka seperti halnya Salman Al Farisi, dan Abu Dzar Al Ghifari. Banyak orang yang lemah berkumpul di rumah mereka untuk memperoleh ketenteraman dan keamanan, serta penghilang rasa lapar, karena Said adalah seorang sahabat yang dermawan dan murah tangan.
Abu Ubaidah ibnu AlJarrah
Abu Ubaidah melalui jalan getir dalam kehidupan sebagai muslim apabila terpaksa membunuh ayahnya (yang menyertai kaum kafirin) dalam Perang Badar, sehingga Allah menurunkan Surah Al Mujadilah : 22. Begitupun dalam Perang Uhud, Abu Ubaidahlah yang mencabut besi tajam yang menempel pada kedua rahang Rasulullah, dan dengan begitu beliau rela kehilangan giginya. Abu Ubaidah mendapat gelar dari Rasulullah sebagai pemegang amanat ummat, seperti dalam sabda beliau : “Tiap-tiap ummat ada orang pemegang amanat, dan pemegang amanat ummat ini adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah.”
KERAJAAN
KHULAFA' URRASYIDIN
KHULAFA' URRASYIDIN
- Saiyidina Abu Bakar (Abdullah) ibni Abi Quhafah (632 - 634)
- Saiyidina Umar ibni al Khattab (634 - 644)
- Saiyidina Uthman ibni alAffan (644 - 656)
- Saiyidina Ali ibni Abi Talib (656 - 660)
KERAJAAN
KHULAFA' BANI UMAIYYAH
KHULAFA' BANI UMAIYYAH
- Muawiyah bin Abu Sufyan (661 - 680) - Muawiyah I
- Yazid bin Muawiyah (680 -683) - Yazid I
- Muawiyah bin Yazid (684 -684) - Muawiyah II
- Marwan bin alHakam (684 -685) - Marwan I
- Abdul Malik bin Marwan (685 - 705)
- Al Walid bin Abdul Malik (705 - 715) - Al Walid I
- Sulaiman bin Abdul Malik (715 - 717)
- Umar bin Abdul Aziz (717 - 720)
- Yazid bin Abdul Malik (720 -724) - Yazid II
- Hisyam bin Abdul Malik (724 - 743)
- Al Walid bin Yazid II (743 -744) - Al Walid II
- Ibrahim bin Al Walid I (744)
- Yazid bin Al Walid II (744) - Yazid III
- Marwan bin Muhammad bin Marwan I (744 - 750)
KERAJAAN
KHULAFA' BANI ABASSIYAH
KHULAFA' BANI ABASSIYAH
- Abul Abbas AsSaffah bin Muhammad (750 - 754)
- Al Mansur bin Muhammd (754 - 775)
- Al mahdi bin Al Mansur (775 - 785)
- Al Hadi bin Al Mahdi (785 - 786)
- Ar Rasyid bin Al Mahdi (786 - 809)
- Al Amin bin Ar Rasyid (809 - 813)
- Al Makmun bin ArRasyid (813 - 833)
- Al Mu'tasim bin Ar Rasyid (833 - 842) - Al Mu'tasim I
- Al Wathiq bin Al Amin (842 - 842 - 847)
- Al Mutawakkil bin Al Muktasim (847 - 861)
- Al Muntashir bin Al Mutawakkil (861 - 862) - Al Muntashir I
- Al Mustain bin Al Muktasim (862 - 866)
- Al Mu'tazz bin Al Mutawakkil (866 - 869)
- Al Muhtadi bin Al Wathiq (869 - 870)
- Al Mu'tamid bin Al Mutawakkil (870 - 892)
- Al Mu'tadhid bin Al Muwaffaq bin Al Mutawakkil (892 - 902)
- Al Muqtafi bin Al Mu'tadhid (902 - 909) - Al Muqtafi I
- Al Muqtadhir bin Al Mu'tadhid (909 - 932)
- Al Qahir bin Al Mu'tadhid (932 - 934)
- Ar Radhi bin Al Muqtadhir (934 - 940)
- Al Muttaqi bin Al Muqtadhir (940 - 944)
- Al Mustaqfi bin Al Muktafi (944 - 946)
- Al Muthi' bin Al Qahir (944- 974)
- At Tha'i bin Al Muthi' (974 - 991)
- Al Qadir bin Ishaq bin Al Muqtadhir (991 - 1031)
- Al Qaim bin Al Qadir (1031 - 1075)
- Al Muqtadhi bin Al Qa'im (1075 - 1094) -
- Al Mustazhir bin Al Muqtadhi (1094 - 1118)
- Al Mustarsyid bin Al Mustazhir (1118 - 1135)
- Ar Rasyid bin Al Mustarshid (1135 - 1136) - Ar Rasyid II
- Al Muqtafi bin Al Mustazhir (1136 - 1160) - Al Muqtafi II
- Al Mustanjid bin Al Muqtafi (1160 - 1170)
- Al Mustadhi bin Al Mustanjid (1170 - 1180)
- An Nashir bin Al Mustadhi (1180 - 1225)
- Az Zahir bin An Nashir (1225 - 1226)
- Al Mustanshir bin Az Zahir (1226b-1242) Al Mustanshir II
- Al Mu'tasim bin Al Mustanshir (1242 - 1258) - Al Mu'tasim II
KERAJAAN ABASSIYAH DI MASIR
- Al Mustanshir (1261 -1262)
- Al Hakim (1262 - 1302)
- Al Mustaqfi (1302 - 1340)
- Al Wathiq (1340 - 1341)
- Al Hakim II (1341 - 1352)
- Al Mu'tadhid I (1352 - 1362)
- Al Mutawakkil I (1362 - 1383)
- Al Wathiq (1383 - 1386)
- Al Mu'tasim (1386 - 1389)
- Al Mutawakkil (1389- 1406)
- Al Mustain (1406 - 1414)
- Al Mu'tadhid (1414 - 1441)
- Al Mustaqfi II (1441 - 1451)
- Al Qaim (1451 - 1455)
- Al Mustanjid (1455 - 1479)
- Al Mutawakkil II (1479 - 1497)
- Al Mustamshik (1497 - 1508)
- Al Mutawakkil III (1508 - 1517)
EMPAYAR KESULTANAN UTHMANIYAH (TURKI)
- Sultan Uthman I (1281 - 1326)
- Sultan Orhan I (1326 - 1359)
- Sultan Murad I (1359 - 1389)
- Sultan Beyazid I (1389 - 1402)
- *interregnum (1402 - 1413)
- Sultan Mehmed I (1413 0 1421)
- Sultan Murad II (1421 - 1444)
- Sultan Mehmed II(1444 - 1445)
- Sultan Murad II (1445 - 1451)
- Sultan Mehmed II (1451 - 1481)
- Sultan Beyazid II (1481 - 1512)
- Sultan Salim I (1512 - 1520)
- Sultan Suleiman I (1520 -1566)
- Sultan Salim II (1566 - 1574)
- Sultan Murad III (1574 -1595)
- Sultan Mehmed III (1595 - 1603)
- Sultan Ahmed I (1603 - 1617)
- Sultan Mustaffa I (1617 - 1618)
- Sultan Uthman II (1618 - 1622)
- Sultan Mustaffa II (1622 - 1623)
- Sultan Murad IV (1623 - 1640)
- Sultan Ibrahim I (1640 - 1648)
- Sultan Mehmed IV (1648 - 1687)
- Sultan Suleiman II (1687 - 1691)
- Sultan Ahmed II (1691 - 1695)
- Sultan Mustaffa III (1695 - 1703
- Sultan Ahmed III (1703 - 1730)
- Sultan Mahmud I (1730 - 1754)
- Sultan Uthman III (1754 - 1757)
- Sultan Mustaffa IV (1757 - 1774)
- Sultan Abdul Hamid I (1774 - 1789)
- Sultan Salim III (1789 - 1807)
- Sultan Mustaffa V (1807 - 1808)
- Sultan Mahmud II (1808 - 1839)
- Sultan Abdul Mejid I (1839 - 1861)
- Sultan Abdul Aziz (1861 - 1876)
- Sultan Murad V (1876)
- Sultan Abdul hamid II (1876 - 1909)
- Sultan Mehmed V (1909 - 1918)
- Sultan wAHIDIDDEN (Mehmed VI) (1918 - 1922)
- Sultan Abdul Majid II (1922 -1924)
0 comments:
Post a Comment